haris

Rabu, 09 Desember 2015

Manajemen Human Resource - SDM berbasis kompetensi (CBHRM)

Dipenghujung tahun 2015 ini, bangsa Indonesia haruslah lebih baik dari sebelumnya terlebih menghadapi GLOBALISASI, kita harus menjadi teladan di negeri sendiri dan harus menjadi barometer yang kokoh di region khususnya.

Menjadi nomor satu di bidang sumber daya manusia  di region adalah penting tetapi tidak mudah tentunya dibutuhkan kombinasi semua perangkat sumberdaya termasuk tangible dan intangible aset.
Banyak perusahaan domestik, internasional, MNC, global dan transnasional yang sudah mendarat cukup lama di negeri ini.  Pertanyaannya berapa besar peran manager SDM atau direktur SDM membantu penciptaan masyarakat SDM Indonesia yang hebat? (good to great).

Saya jadi ingat dengan orang besar (pejabat negara) di Indonesia yang baru-baru saja mengundurkan diri karena target pencapaian KPInya yand dipikulnya bersama team tidak tercapai, beliau HEBAT , angkat tangan saya dengan pernyataannya untuk mengundurkan diri!!. BRAVO menjadi teladan tentunya di muka bumi ini yang susah mencari contoh untuk seperti itu. Dibutuhkan NYALI besar tentunya.

Kembali ke SDM Indonesia, seberapa besar teman-teman praktisi SDM (HR) yang menjadi manajer  dan Direktur SDM dalam banyak perusahaan, bila KPI dirinya dan departemennya tidak tercapai, berani bilang " Tuan, saya belum berhasil menciptakan organisasi yang efektif, produktif dan profitable" berani bilang " I will  resign".  Termasuk barang langka barangkali.(jadi jangan terlalu lama menjadi HR manager atau Direktur Manager pada satu tempat, karena kita akan menjadi bagian yang sulit untuk bertransformasi)

Itulah dalam topik di atas menarik bagi saya untuk  menshare  tentang CBHRM.
Berbicara tentang SDM dalam organisasi kunci keberhasilannya adalah CEO  atau owner  harus paham tentang konsep "employee life cycle" disamping "organisastion life cycle".  Dasar pemikirannya sederhana yaitu pemimpin level 5 tersebut akan menjadi sparring partner yang seimbang dengan Direktur HR nya atau Manager HR.  Menjadi lebih tahu dalam memperlakukan karyawan dengan lebih sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada (termasuk aspek-aspek kompliansi).  Dan direktur HR dan manajer HR atau manajer SDM tidak bisa lagi menggunakan pola lama tetapi harus menjadi HR bisnis partner.  Yang merupakan harapan besar sang CEO untuk mampu mengelola bisnis dan karyawan (business to people).  Apabila semua berjalan dengan baik maka akan meningkatkan dampak yang berimbas keuntungan organisasi menjadi "double digit" meningkatkan lapangan kerja, suasana bergairah dan akhirnya berujung  kepada meningkatnya  PDB negara Indonesia secara tidak langsung maupun langsung (bandingkan dengan Singapur).

Untuk menjadi organisasi  besar  maka KOMPETENSI harus kuat dan berakar pada setiap karyawan (yang pada akhirnya mereka akan menjadi talent dan pemimpin organisasi).  Perlu disusun pertanyaan tentang MENGAPA perlu kompetensi dan APA kompetensi itu?

Sangat perlu sekali kompetensi bagi karyawan (kerah putih dan kerah biru/ exempt dan non exempt), terlebih dalam persaingan GLOBAL dan MEA 2015 (efektif Jan 2016) , tentu kita ingin menjadi tuan rumah di negeri sendiri toh, tapi ini tidak cukup menurut saya, justru kita harus berani menjadi orang hebat di region terlebih lagi harus meng-global.(persoalannya konsep ini agak aneh di telinga kita, sangat jarang pemimpin memberi semangat dan inspirasi bagi karyawan untuk menjadi orang hebat di atas pemimpin tadi). Lihat juga pada pasal 11 UU 13 tahun 2003.

Jadi bila organisasi sudah menetapkan kompetensi inti, kompetensi peran, dan kompetensi fungsional, maka kemudahan bagi karyawan tersebut untuk berkembang dan menjadi orang hebat akan memiliki percepatan dan bukan perlambatan.  Dengan catatan sang pemimpin lini dan pemimpin besarnya haruslah seorang yang memiliki keterlekatan yang kuat pada tugas pekerjaan dan karyawannya.  Tidak boleh tidak.  Dan manfaat yang diperoleh mengikuti siklus berikut:



Setelah mengapa , baru ada penjelasan tentang Kompetensi tersebut.  Merupakan knowledge, skill dan attitude berupa motivasi dan semangat karyawan untuk menjadi lebih hebat dari sebelumnya, dalam melakukan pekerjaannya dengan berorientasi pada orientasi proses dan hasil (both).

Kompetensi ini ada yang mengklasifikasikan pada hard competency dan soft competency (lihat juga tulisan saya di tanggal 1 juni 2015 di blog ini) .  Kompetensi ini untuk tiap perusahaan beragam mengikuti induk organisasinya (bila ada), dan ada juga mengkuti pola spenser, harvard, dan juga Indonesia negara kita pun sudah ada  dari dahulu. Tentunya itu tidak berdiri sendiri satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan terkait.

Dalam konteksnya kita mengenal juga model kompetensi yang merupakan gabungan dari konteks dalamnya yaitu :
1. Jenis kompetensi
2. defenisi kompetensi
3. Jenjang kemahiran
4.Indikator  perilaku
5. Profil tuntutan kompetensi pekerjaan.

Banyak organisasi sudah memilik SO Struktur organisasi yang sudah sesuai dengan kebutuhan organisasi yang sesuai dengan tantangan zamannya.  Pertanyaannya apakah kawan-kawan yang sudah memegang posisi jabatan-jabatan tersebut sudah cocok dan tepat dilihat dari sisi strategi korporasi? itulah sebabnya dan sangat penting organisasi harus sudah mempunyai KAMUS kompetensi nya yaitu : kompetensi inti, kompetensi peran dan kompetensi  fungsional.

Dan bila belum punya maka ada 3 langkah yang bisa kita perbaiki (speed of improvement) untuk MENGIDENITFIKASI KOMPETENSI  sebagai berikut :
1. Pendekatan pada perilaku karyawan hebat anda (research based)
2. Forecasting atau ramalan terhadap kompetensi untuk strategi tahun depan misal 2016 (strategic based).
3. Norma-norma dan nilai-nilai organisasi anda membutuhkan kompetensi spesifik (value based).

Hasil penggalian inilah pada akhirnya digunakan kembali untuk menilai (asses) karyawan yang sudah menjabat apakah sudah sesuai dengan kebutuhan organisasi (person job fir dan person organization fit) .  Sudah tentu one fit all akan sulit tercapai dalam kurun yang dekat, dibutuhkan waktu untuk hal tersebut.

Pada akhirnya pemimpin level 5 tadi yang ambisius dan demanding itulah yang dibutuhkan dalam organisasi hebat untuk menciptakan orang-orang hebat yang pada akhirnya menjadikan organisai anda hebat dan "double digit".

Pemimpin hebat ini biasanya melakukan "TRANSFORMASI" pada saat perusahaan anda sedang menuju puncak organisasi (bukan saat di puncak apalagi saat anda decline).

Gunakanlah kompetensi anda sebaik-baiknya.




Majulah Indonesia. Majulah SDM Indonesia.

Semoga bermanfaat.

Salam
Haris H. Sidauruk
+628129753510


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar